10 Game Mengecewakan Di Tahun 2012
Tahun 2012 memang menjadi tahun yang menarik di industri game.
Lewat tangan dingin developer, lusinan game-game berkualitas tinggi
berhasil dirilis dan tampil memukau. Jagat Play bahkan sempat memilih
game-game yang menurut kami, menjadi yang terbaik di antara yang
terbaik. Namun hidup adalah sesuatu yang seimbang. Selalu ada sisi yang
lain di sebuah mata uang koin. Walaupun tahun 2012 menyediakan begitu
banyak game yang berhasil memuaskan nafsu gaming para gamer, namun tidak
sedikit juga yang justru tampil mengecewakan dan tidak sesuai dengan
harapan yang diinginkan. Game-game apa saja? Hal inilah yang akan kami
rangkum dalam artikel 10 game paling mengecewakan di 2012 ini!
Jika kita membicarakan perasaan kecewa, maka pandangan subjektif tentu saja mengambil sebagian besar porsi yang diperlukan untuk menentukan siapa saja yang masuk ke dalam list. Game-game yang dipilih didasarkan pada pengalaman bermain dan ekspektasi yang muncul untuknya jauh sebelum game-game ini dirilis ke pasaran. Apalagi ketika sang developer dan publisher sudah mengklaim jauh-jauh hari bahwa game mereka akan tampil memesona, dan diprediksi akan sukses di pasaran. Serangkaian teaser, trailer, dan screenshot yang dibangun dengan sedemikian rupa juga membuat semua ekspektasi ini kian menguat. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika beberapa game yang dirilis justru menghasilkan rasa sedih, kecewa, dan marah yang mendalam karena tidak menyediakan apa yang kita inginkan.
Jadi, dari semua game yang dirilis selama kurun waktu 2012 ini, 10 game apa saja yang paling mengecewakan?

Apa yang menjadi identitas yang tidak pernah terpisahkan dari Ninja Gaiden selama ini? Sebagian besar yang sudah mencicipinya tentu saja langsung mengasosiasikannya dengan satu hal: tingkat kesulitan yang menantang. Oleh karena itu, ekspektasi yang sama dihadirkan untuk seri terbaru – Ninja Gaiden 3 yang dirilis tahun ini. Mengusung plot baru yang menarik dan visualisasi sinematik yang kian memanjakan mata, Ninja Gaiden 3 justru tampil sebagai sebuah seri baru. Alih-alih tetap menuntut Anda untuk terus reaktif terhadap tingkat kesulitan yang siap untuk menghabisi nyawa Anda kapan saja, seri ketiga ini justru berubah menjadi game hack and slash “biasa”. Anda hanya harus menghabisi satu musuh ke musuh lainnya, secara bergelombang. Yang Anda dapatkan? Hanya rasa lelah di tangan, tanpa pengalaman yang benar-benar mencitrakan sebuah seri Ninja Gaiden. Tidak buruk memang dan masih dinikmati, hanya saja ada perasaan “hilang” bagi mereka yang sudah mengenal seri ini sejak lama.

Membicarakan seri Silent Hill, berarti membicarakan sebuah franchise yang begitu melekat dengan rasa takut dan horror di masa lalu. Konami juga harus diakui, berhasil menjadikannya cukup konsisten dari satu seri ke seri lainnya. Hal yang tidak berbeda juga mereka suntikkan di Silent Hill: Downpour, sebuah seri yang diklaim begitu berbeda, lewat hujan besar dan genangan air yang akan memainkan peranan super penting di dalamnya. Berusaha mengusung identitas yang membuatnya begitu kuat di masa lalu, ada beberapa masalah yang patut diperhatikan dari Downpour, yang membuatnya sulit untuk dinikmati. Terlepas dari temanya yang unik, kekurangan di sisi gameplay yang terasa kaku dan sukar untuk dikuasai membuat desain Downpour tidak terlalu memesona seperti yang diharapkan. Hasilnya justru akan membuat Anda berkutat lebih banyak pada rasa frustrasi daripada kenikmatan menikmatinya.

Ketika diperkenalkan utuk pertama kalinya, Asura’s Wrath sempat digembar-gemborkan akan mampu menyaingi popularitas God of War. Berbeda dengan GOW yang mengusung mitologi dunia Barat sebagai pondasi cerita utama, Asura’s Wrath akan membawa Anda pada pertempuran para dewa dari mitologi timur. Capcom bahkan sempat menyediakan screenshot yang memperlihatkan pertempuran melawan para musuh dengan ukuran yang bahkan lebih besar daripada bumi. Namun apa yang terjadi? Ekspektasi bahwa Anda akan menemukan salah satu game hack and slash terbaik di tahun 2012 ini seolah tenggelam dan hancur begitu Anda menjajal game ini untuk pertama kalinya. Secara mengejutkan, Asura’s Wrath justru mengusung Interactive Story sebagai elemen paling utama, dengan sedikit sekali gameplay hack and slash yang diharapkan. Asura’s Wrath justru tampil tak ubahnya Heavy Rain. Bergerak dari satu quick time event ke yang lainnya menjadi pemandangan umum yang akan terus Anda temukan. Padahal jika ingin digarap dengan lebih serius, Capcom bisa saja menciptakan sebuah franchise hack and slash yang selama ini dibutuhkan industri game. Bahkan cukup untuk menjadikannya sebagai game terbaik di tahun 2012.

Sudah bukan rahasia lagi jika EA dan DICE memang berambisi untuk menundukkan dominasi Activision dan franchise Call of Duty yang mereka rilis setiap tahun. Cara terbaik? Tentu saja dengan merilis game FPS tandingan dari dua franchise andalan mereka: Battlefield dan Medal of Honor. Medal of Honor: Warfighter yang sempat dirilis beberapa bulan yang lalu memang cukup diantipasi dan sempat diprediksikan akan mampu mencapai misi utama yang selama ini selalu didengungkan oleh EA. Namun hasilnya? Terlepas dari visualisasinya yang memanjakan mata berkat dukungan engine Frostbite 2.0, MOH: Warfighter muncul sebagai game FPS yang “sangat biasa”. Tidak ada inovasi yang membuatnya pantas untuk dilirik dan dimainkan dalam waktu yang sangat lama. Pada akhirnya, ia hanyalah sebuah game FPS yang mudah untuk dilupakan. Waktu permainan yang singkat, tidak inovatif, dan plot yang tipikal membuat Warfighter sama sekali tidak istimewa.

Lebih dari 10 tahun, itulah waktu yang dibutuhkan oleh para gamer untuk menantikan kehadiran game action RPG paling diantisipasi selama satu dekade terakhir – Diablo III. Beberapa gamer bahkan sudah mulai putus asa dan pesimis bahwa mereka akan berkesempatan untuk mencicipi game ini dalam kurun waktu hidup mereka. Setelah penantian cukup lama, game ini akhirnya dirilis ke pasaran tahun ini. Dalam kurun waktu yang singkat, ia langsung naik menjadi game paling populer dengan jutaan gamer di tangan. Berangkat dari antisipasi bahwa kami akan menemukan “Diablo II” dengan kualitas yang lebih baik, seri ketiga ini justru tampil berbeda. Memuat single player sebagai inti permainan, Blizzard juga menjadikan multiplayer sebagai fitur yang tidak boleh terlewatkan. Namun ada begitu banyak elemen dan identitas Diablo yang direbut dari seri terbaru ini, dan akhirnya mengesankan sebuah game yang benar-benar berbeda. Penantian puluhan tahun dibayar dengan sebuah seri yang tidak lagi sebebas Diablo masa lampau, gameplay yang singkat, dan replayability yang hanya didasarkan pada tingkat kesulitan semata. Parahnya lagi, menjelang akhir tahun ini, Blizzard bahkan belum mempersiapkan DLC sama sekali untuk memastikan pengalaman Diablo 3 yang lebih intens. Hasilnya? Terjebak dalam lingkaran setan yang akan mudah terasa repetitif.

Konsep karakter utama yang mampu hidup abadi memang bukan hal baru di industri game, bahkan menjadi sisi fantasi tersendiri yang tidak terpisahkan. Namun menerapkannya secara “brutal” di sisi gameplay, ternyata bukan ide yang bagus. Never Dead dari Konami menjadi yang pertama melakukannya. Mengusung gameplay third person shooter, sang karakter utama memang diposisikan sebagai makhluk yang tidak bisa tewas, terlepas dari damage apapun yang ia terima. Anda hanya harus berhadapan dengan bagian tubuh yang terputus dan dituntut untuk mencari atau menumbuhkannya kembali untuk fungsi pertarungan yang lebih dapat diandalkan. Lantas apa yang membuat Never Dead masuk ke dalam list ini? Sistem kamera yang buruk, mekanisme yang justru akan membuat Anda lebih sibuk mengumpulkan bagian tubuh daripada bertempur, dan kesan repetitif yang kuat mengacaukan semuanya. Bagian terbaik dari Never Dead hanya ada pada soundtrack utamanya yang dirilis oleh band metal legendaris – Megadeth.
Mencicipi seri-seri petualangan terbaik sang mata-mata legendaris –
James Bond dalam satu kesatuan seri dan timeline yang berkesinambungan?
Ini tentu saja terdengar sebagai sebuah ide yang luar biasa. Eurocom
menerapkannya dalam sebuah seri FPS terbaru – 007 Legends. Bond dengan
wujud Craig dijadikan sebagai model utama untuk keseluruhan seri ini.
Diposisikan sebagai sebuah game first person shooter, hampir tidak ada
yang membuat 007 Legends berbeda dibandingkan game dengan bergenre sama
yang lain. Malahan ia justru tampil dengan begitu banyak kekurangan.
Glitch yang sering ditemukan, pembawaan karakter yang kurang kuat, dan
kurang inovasi yang membuatnya menarik untuk dijajal menjadikan 007
Legends masuk ke dalam list ini.

Menjadi fakta yang tidak terbantahkan, bahwa handheld teranyar Sony – PS Vita saat ini memang berada di ujung tanduk. Bagaimana tidak? Dirilis hampir satu tahun, handheld yang kaya fitur dengan dukungan spesifikasi yang lumayan ini ternyata tidak cukup kuat untuk menarik animo gamer. Salah satu kelemahannya? Kurangnya dukungan game-game eksklusif yang mampu menjadikannya sebagai pilihan utama. Menggandeng Activision, Sony berusaha meningkatkan popularitas PS Vita lewat COD Black Ops – Declassified yang menjadi jembatan cerita antara COD: Black Ops I dan II. Namun hasilnya? Alih-alih hadir sebagai kekuatan, Declassified justru menjadi blunder fatal yang mungkin membuat gamer berpaling dari PS Vita. Mode single player yang tak ubahnya sekedar side mission, sisi cerita yang kurang kuat, tidak adanya dramatisasi yang selama ini sudah menjadi identitas wajib, dan mode multiplayer yang tidak pernah dapat dijajal membuat Declassified jatuh ke dalam kubangan game-game paling mengecawakan di tahun 2012 ini.

Gamer lawas mana yang tidak pernah mengenal nama Ridge Racer sebelumnya? Franchise game racing yang begitu dipuja-puja di masa lalu ini memang menjadi monumen kebangkitan genre dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan lagi. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika banyak yang mengantisipasi dengan penuh semangat ketika Ridge Racer akhirnya bersiap untuk kembali lewat sebuah seri baru – Unbounded. Namun apa yang akan ditemukan gamer? Sebuah seri yang sama sekali tidak mencerminkan identitas Ridge Racer sama sekali, apalagi mereka yang sudah mengenal franchise ini sejak lama. Unbounded “jatuh” ke dalam genre gaming mainstream yang menggabungkan gameplay arcade super kental dan lingkungan yang dapat dihancurkan. Walaupun tidak terlalu buruk sebagai sebuah game racing dan masih cukup kuat untuk dapat dinikmati,Ridge Racer: Unbounded mungkin saja akan jauh lebih baik jika tidak mengusung nama Ridge Racer di dalamnya. Nama Ridge Racer menimbulkan satu ekspektasi yang spesifik, yang kemudian gagal untuk dipenuhi.

Mendengar nama Resident Evil saja sudah cukup untuk membuat sebagian besar gamer di dunia tergugah untuk menantikannya dengan sabar. Ketika pertama kali Capcom memperkenalkan Resident Evil 6 kepada dunia, animo terhadapnya begitu kuat, hingga cukup untuk membuat setiap informasi yang keluar darinya disambut bak sebuah kabar gembira. Diklaim datang dengan cerita yang lebih masif, Resident Evil 6 juga akan memuat tiga karakter utama dalam satu seri dengan satu benang merah yang sama. Ia juga menjadi seri “baru” dengan musuh, konflik, dan dasar plot yang baru. Sayang seribu sayang, game ini justru gagal memperlihatkan potensinya begitu dijajal untuk pertama kali. Terlalu banyak QTE, sistem kamera yang kacau, sisi action yang tidak terbangun dengan solid, plot yang klise, dan sistem save points yang super jauh membuat Resident Evi 6 tidak senyaman seri-seri sebelumnya. Resident Evil 4 sudah menetapkan landasan action yang pantas untuk diacungi jempol, Resident Evil 5 mengusung semangat yang sama walaupun dengan beberapa kelemahan. Sementara Resident Evil 6? Buruk, hanya buruk.
Di atas adalah 10 game yang menurut JagatPlay, tampil paling mengecewakan selama kurun waktu rilis tahun 2012 ini. Bagaimana menurut Anda sendiri? Game apa yang menurut Anda paling mengecewakan namun tidak masuk ke dalam list ini? Atau, Anda merasa bahwa ada game di atas yang tidak pantas untuk masuk ke dalam list? Jangan ragu untuk meninggalkan komentar di bawah ini. Let’s discuss it!
Jika kita membicarakan perasaan kecewa, maka pandangan subjektif tentu saja mengambil sebagian besar porsi yang diperlukan untuk menentukan siapa saja yang masuk ke dalam list. Game-game yang dipilih didasarkan pada pengalaman bermain dan ekspektasi yang muncul untuknya jauh sebelum game-game ini dirilis ke pasaran. Apalagi ketika sang developer dan publisher sudah mengklaim jauh-jauh hari bahwa game mereka akan tampil memesona, dan diprediksi akan sukses di pasaran. Serangkaian teaser, trailer, dan screenshot yang dibangun dengan sedemikian rupa juga membuat semua ekspektasi ini kian menguat. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika beberapa game yang dirilis justru menghasilkan rasa sedih, kecewa, dan marah yang mendalam karena tidak menyediakan apa yang kita inginkan.
Jadi, dari semua game yang dirilis selama kurun waktu 2012 ini, 10 game apa saja yang paling mengecewakan?
10. Ninja Gaiden 3
Apa yang menjadi identitas yang tidak pernah terpisahkan dari Ninja Gaiden selama ini? Sebagian besar yang sudah mencicipinya tentu saja langsung mengasosiasikannya dengan satu hal: tingkat kesulitan yang menantang. Oleh karena itu, ekspektasi yang sama dihadirkan untuk seri terbaru – Ninja Gaiden 3 yang dirilis tahun ini. Mengusung plot baru yang menarik dan visualisasi sinematik yang kian memanjakan mata, Ninja Gaiden 3 justru tampil sebagai sebuah seri baru. Alih-alih tetap menuntut Anda untuk terus reaktif terhadap tingkat kesulitan yang siap untuk menghabisi nyawa Anda kapan saja, seri ketiga ini justru berubah menjadi game hack and slash “biasa”. Anda hanya harus menghabisi satu musuh ke musuh lainnya, secara bergelombang. Yang Anda dapatkan? Hanya rasa lelah di tangan, tanpa pengalaman yang benar-benar mencitrakan sebuah seri Ninja Gaiden. Tidak buruk memang dan masih dinikmati, hanya saja ada perasaan “hilang” bagi mereka yang sudah mengenal seri ini sejak lama.
9. Silent Hill: Downpour
Membicarakan seri Silent Hill, berarti membicarakan sebuah franchise yang begitu melekat dengan rasa takut dan horror di masa lalu. Konami juga harus diakui, berhasil menjadikannya cukup konsisten dari satu seri ke seri lainnya. Hal yang tidak berbeda juga mereka suntikkan di Silent Hill: Downpour, sebuah seri yang diklaim begitu berbeda, lewat hujan besar dan genangan air yang akan memainkan peranan super penting di dalamnya. Berusaha mengusung identitas yang membuatnya begitu kuat di masa lalu, ada beberapa masalah yang patut diperhatikan dari Downpour, yang membuatnya sulit untuk dinikmati. Terlepas dari temanya yang unik, kekurangan di sisi gameplay yang terasa kaku dan sukar untuk dikuasai membuat desain Downpour tidak terlalu memesona seperti yang diharapkan. Hasilnya justru akan membuat Anda berkutat lebih banyak pada rasa frustrasi daripada kenikmatan menikmatinya.
8. Asura’s Wrath
Ketika diperkenalkan utuk pertama kalinya, Asura’s Wrath sempat digembar-gemborkan akan mampu menyaingi popularitas God of War. Berbeda dengan GOW yang mengusung mitologi dunia Barat sebagai pondasi cerita utama, Asura’s Wrath akan membawa Anda pada pertempuran para dewa dari mitologi timur. Capcom bahkan sempat menyediakan screenshot yang memperlihatkan pertempuran melawan para musuh dengan ukuran yang bahkan lebih besar daripada bumi. Namun apa yang terjadi? Ekspektasi bahwa Anda akan menemukan salah satu game hack and slash terbaik di tahun 2012 ini seolah tenggelam dan hancur begitu Anda menjajal game ini untuk pertama kalinya. Secara mengejutkan, Asura’s Wrath justru mengusung Interactive Story sebagai elemen paling utama, dengan sedikit sekali gameplay hack and slash yang diharapkan. Asura’s Wrath justru tampil tak ubahnya Heavy Rain. Bergerak dari satu quick time event ke yang lainnya menjadi pemandangan umum yang akan terus Anda temukan. Padahal jika ingin digarap dengan lebih serius, Capcom bisa saja menciptakan sebuah franchise hack and slash yang selama ini dibutuhkan industri game. Bahkan cukup untuk menjadikannya sebagai game terbaik di tahun 2012.
7. Medal of Honor: Warfighter
Sudah bukan rahasia lagi jika EA dan DICE memang berambisi untuk menundukkan dominasi Activision dan franchise Call of Duty yang mereka rilis setiap tahun. Cara terbaik? Tentu saja dengan merilis game FPS tandingan dari dua franchise andalan mereka: Battlefield dan Medal of Honor. Medal of Honor: Warfighter yang sempat dirilis beberapa bulan yang lalu memang cukup diantipasi dan sempat diprediksikan akan mampu mencapai misi utama yang selama ini selalu didengungkan oleh EA. Namun hasilnya? Terlepas dari visualisasinya yang memanjakan mata berkat dukungan engine Frostbite 2.0, MOH: Warfighter muncul sebagai game FPS yang “sangat biasa”. Tidak ada inovasi yang membuatnya pantas untuk dilirik dan dimainkan dalam waktu yang sangat lama. Pada akhirnya, ia hanyalah sebuah game FPS yang mudah untuk dilupakan. Waktu permainan yang singkat, tidak inovatif, dan plot yang tipikal membuat Warfighter sama sekali tidak istimewa.
6. Diablo III
Lebih dari 10 tahun, itulah waktu yang dibutuhkan oleh para gamer untuk menantikan kehadiran game action RPG paling diantisipasi selama satu dekade terakhir – Diablo III. Beberapa gamer bahkan sudah mulai putus asa dan pesimis bahwa mereka akan berkesempatan untuk mencicipi game ini dalam kurun waktu hidup mereka. Setelah penantian cukup lama, game ini akhirnya dirilis ke pasaran tahun ini. Dalam kurun waktu yang singkat, ia langsung naik menjadi game paling populer dengan jutaan gamer di tangan. Berangkat dari antisipasi bahwa kami akan menemukan “Diablo II” dengan kualitas yang lebih baik, seri ketiga ini justru tampil berbeda. Memuat single player sebagai inti permainan, Blizzard juga menjadikan multiplayer sebagai fitur yang tidak boleh terlewatkan. Namun ada begitu banyak elemen dan identitas Diablo yang direbut dari seri terbaru ini, dan akhirnya mengesankan sebuah game yang benar-benar berbeda. Penantian puluhan tahun dibayar dengan sebuah seri yang tidak lagi sebebas Diablo masa lampau, gameplay yang singkat, dan replayability yang hanya didasarkan pada tingkat kesulitan semata. Parahnya lagi, menjelang akhir tahun ini, Blizzard bahkan belum mempersiapkan DLC sama sekali untuk memastikan pengalaman Diablo 3 yang lebih intens. Hasilnya? Terjebak dalam lingkaran setan yang akan mudah terasa repetitif.
5. Never Dead
Konsep karakter utama yang mampu hidup abadi memang bukan hal baru di industri game, bahkan menjadi sisi fantasi tersendiri yang tidak terpisahkan. Namun menerapkannya secara “brutal” di sisi gameplay, ternyata bukan ide yang bagus. Never Dead dari Konami menjadi yang pertama melakukannya. Mengusung gameplay third person shooter, sang karakter utama memang diposisikan sebagai makhluk yang tidak bisa tewas, terlepas dari damage apapun yang ia terima. Anda hanya harus berhadapan dengan bagian tubuh yang terputus dan dituntut untuk mencari atau menumbuhkannya kembali untuk fungsi pertarungan yang lebih dapat diandalkan. Lantas apa yang membuat Never Dead masuk ke dalam list ini? Sistem kamera yang buruk, mekanisme yang justru akan membuat Anda lebih sibuk mengumpulkan bagian tubuh daripada bertempur, dan kesan repetitif yang kuat mengacaukan semuanya. Bagian terbaik dari Never Dead hanya ada pada soundtrack utamanya yang dirilis oleh band metal legendaris – Megadeth.
4. 007 Legends
3. Call of Duty: Black Ops – Declassified
Menjadi fakta yang tidak terbantahkan, bahwa handheld teranyar Sony – PS Vita saat ini memang berada di ujung tanduk. Bagaimana tidak? Dirilis hampir satu tahun, handheld yang kaya fitur dengan dukungan spesifikasi yang lumayan ini ternyata tidak cukup kuat untuk menarik animo gamer. Salah satu kelemahannya? Kurangnya dukungan game-game eksklusif yang mampu menjadikannya sebagai pilihan utama. Menggandeng Activision, Sony berusaha meningkatkan popularitas PS Vita lewat COD Black Ops – Declassified yang menjadi jembatan cerita antara COD: Black Ops I dan II. Namun hasilnya? Alih-alih hadir sebagai kekuatan, Declassified justru menjadi blunder fatal yang mungkin membuat gamer berpaling dari PS Vita. Mode single player yang tak ubahnya sekedar side mission, sisi cerita yang kurang kuat, tidak adanya dramatisasi yang selama ini sudah menjadi identitas wajib, dan mode multiplayer yang tidak pernah dapat dijajal membuat Declassified jatuh ke dalam kubangan game-game paling mengecawakan di tahun 2012 ini.
2. Ridge Racer: Unbounded
Gamer lawas mana yang tidak pernah mengenal nama Ridge Racer sebelumnya? Franchise game racing yang begitu dipuja-puja di masa lalu ini memang menjadi monumen kebangkitan genre dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan lagi. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika banyak yang mengantisipasi dengan penuh semangat ketika Ridge Racer akhirnya bersiap untuk kembali lewat sebuah seri baru – Unbounded. Namun apa yang akan ditemukan gamer? Sebuah seri yang sama sekali tidak mencerminkan identitas Ridge Racer sama sekali, apalagi mereka yang sudah mengenal franchise ini sejak lama. Unbounded “jatuh” ke dalam genre gaming mainstream yang menggabungkan gameplay arcade super kental dan lingkungan yang dapat dihancurkan. Walaupun tidak terlalu buruk sebagai sebuah game racing dan masih cukup kuat untuk dapat dinikmati,Ridge Racer: Unbounded mungkin saja akan jauh lebih baik jika tidak mengusung nama Ridge Racer di dalamnya. Nama Ridge Racer menimbulkan satu ekspektasi yang spesifik, yang kemudian gagal untuk dipenuhi.
1. Resident Evil 6
Mendengar nama Resident Evil saja sudah cukup untuk membuat sebagian besar gamer di dunia tergugah untuk menantikannya dengan sabar. Ketika pertama kali Capcom memperkenalkan Resident Evil 6 kepada dunia, animo terhadapnya begitu kuat, hingga cukup untuk membuat setiap informasi yang keluar darinya disambut bak sebuah kabar gembira. Diklaim datang dengan cerita yang lebih masif, Resident Evil 6 juga akan memuat tiga karakter utama dalam satu seri dengan satu benang merah yang sama. Ia juga menjadi seri “baru” dengan musuh, konflik, dan dasar plot yang baru. Sayang seribu sayang, game ini justru gagal memperlihatkan potensinya begitu dijajal untuk pertama kali. Terlalu banyak QTE, sistem kamera yang kacau, sisi action yang tidak terbangun dengan solid, plot yang klise, dan sistem save points yang super jauh membuat Resident Evi 6 tidak senyaman seri-seri sebelumnya. Resident Evil 4 sudah menetapkan landasan action yang pantas untuk diacungi jempol, Resident Evil 5 mengusung semangat yang sama walaupun dengan beberapa kelemahan. Sementara Resident Evil 6? Buruk, hanya buruk.
Di atas adalah 10 game yang menurut JagatPlay, tampil paling mengecewakan selama kurun waktu rilis tahun 2012 ini. Bagaimana menurut Anda sendiri? Game apa yang menurut Anda paling mengecewakan namun tidak masuk ke dalam list ini? Atau, Anda merasa bahwa ada game di atas yang tidak pantas untuk masuk ke dalam list? Jangan ragu untuk meninggalkan komentar di bawah ini. Let’s discuss it!
No comments: