
Sebuah media hiburan alternatif untuk menciptakan kesenangan dalam
batas maksimal, itulah pandangan sebagian besar orang awam, terlepas
dari dinamik dan perbedaan esensial yang dimengerti oleh para gamer yang
sudah lama berkecimpung di dunia ini. Tak kenal maka tak sayang, ini
mungkin menjadi ungkapan yang tepat untuk menggambarkan kondisi yang
satu ini. Keterbatasan pengetahuan dan rasa tidak tertarik untuk
menjajalnya secara langsung membuat banyak salah kaprah lahir oleh
mereka yang non-gamer. Kita tidak hanya membicarakan isu-isu sensitif
yang menyoroti efek negatif yang dianggap mampu dimunculkan oleh game,
tetapi juga hal-hal sederhana yang mungkin mengitari sosok gamer itu
sendiri. Kita seringkali dianggap aneh.
Game tidak hanya menjadi sumber energi positif, tetapi juga menjadi
sebuah tantangan yang terus mendorong gamer untuk menundukkannya,
apalagi jika ia berhasil menawarkan daya tarik unik yang cukup untuk
memastikan perhatian Anda tidak teralihkan untuk waktu yang lama. Karena
kecintaan dan dorongan inilah, perlahan namun pasti, gamer
mengembangkan banyak tingkah laku dan kebiasaan yang mungkin terlihat
aneh di mata orang awam. Kebiasaan yang hanya dapat dimengerti oleh
mereka yang juga seorang gamer. Kesamaan yang tercipta satu sama lain
juga mulai menjadikannya sebagai sebuah bentuk identitas yang seolah
tidak dipisahkan dari jati diri kita sebagai seorang gamer.
Jadi, dari semua kebiasaan yang seringkali ditunjukkan oleh gamer,
apa saja 10 tingkah laku yang mungkin dianggap aneh oleh mereka yang
awam? Semua tingkah laku ini tentu saja ditulis berdasarkan kacamata dan
pengalaman pribadi kami juga sebagai seorang gamer.
10. “Makan enggak makan, yang penting nge-game?”
Fakta bahwa gamer tidak segan untuk mengetatkan ikat pinggang untuk sekedar nge-game dianggap sebagai sesuatu yang absurd.
Seolah jatuh pada mode survival, banyak gamer yang tidak segan jatuh
pada pola hidup pelit yang ekstrim ketika menyangkut kegiatan bermain
game mereka. Ketika sulit untuk menyimpan uang untuk kebutuhan yang
lain, gamer biasanya akan sangat mudah menyisihkan uang, bahkan rela
untuk tidak jajan dan mengetatkan ikat pinggang hanya untuk memenuhi
kebutuhan gaming mereka. Rela lapar untuk sekedar menghabiskan waktu 1-2
jam di game centre atau membeli bundle game ori yang sudah
diidam-idamkan selama berbulan-bulan tentu saja menjadi sebuah tingkah
laku yang terhitung tidak masuk akal di mata mereka yang non-gamer.
Namun bagi gamer, ini adalah salah satu pencapaian terbesar yang tidak
bisa dirundingkan.
9. “Menyerang kok pakai giliran?”
Dengan dasar pengetahuan bahwa semua game adalah game action atau platformer, konsep turn-based ala JRPG terlihat bodoh.
Kalimat inilah yang sudah tentu sempat terlontar oleh orang awam yang
sempat menyaksikan para gamer yang tengah asyik menyelesaikan game-game
JRPG klasik mereka, seperti yang sempat dilontarkan oleh orang tua kami
sendiri. Konsep JRPG klasik yang masih mengusung sistem dan turn-based
battle dianggap sebagai konsep yang konyol. Dengan dasar pengetahuan
bahwa semua game adalah game action yang meminta Anda untuk bereaksi dan
bertukar serangan secara real time, banyak orang awam yang melihat
mekanisme yang ditawarkan oleh JRPG sebagai konsep yang tolol. Jadi
ketika pertanyaan meluncur, “Menyerang kok pakai giliran?”, Anda dibawa
pada kewajiban untuk menjelaskan apa itu JRPG dan yang membedakannya
dengan game bergenre lain.
8. “Hari gini masih main game yang gambarnya jelek begitu?”
Fakta
bahwa gamer tidak segan untuk memainkan game-game dengan visualisasi
yang tidak menarik menjadi hal yang aneh di mata orang awam.
Salah satu pandangan yang seringkali salah di mata orang awam adalah
asosiasi antara kualitas visualisasi dan kualitas gameplay. Tidak
sedikit non-gamer yang jatuh pada satu kesimpulan yang terhitung absurd
di mata gamer – bahwa semakin bagus gambar sebuah game maka semakin
menyenangkan dan keren jugalah gameplay sebuah game. Sebuah pandangan
yang tentu saja salah kaprah. Oleh karena itu tidak mengherankan jika
Anda akan seringkali dikomentari begitu menjajal game-game lawas dengan
visualisasi jadul untuk sekedar nostalgia atau game-game terkini yang
tidak lagi mementingkan kualitas grafis. Keinginan Anda untuk mencicipi
game-game ini seperti dilihat sebagai sesuatu yang aneh. “Mengapa tidak
memainkan game yang lebih modern?”, itu mungkin menjadi alur pikiran
utama para non-gamer ini.
7. “Kenal juga enggak, kok loyal banget?”
Percaya, loyal, dan bertanggung jawab atas peran yang disandang di dalam guild menjadi sesuatu yang unik.
Pertemanan di dunia maya adalah hal yang tidak lagi asing dengan
perkembangan teknologi yang satu ini. Namun mengembangkan loyalitas yang
luar biasa untuk orang yang belum pernah Anda temui secara langsung di
dunia maya tanpa keraguan? Hanya gamer yang mampu melakukan hal ini.
Fenomean ini sendiri dapat terlihat dari sistem guild yang menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari dunai MMORPG. Masuk ke dalam guild
berarti percaya dan mengikuti sebauh sistem unik dalam kelompok, serta
berusaha bekerja sama dan berperan sebaik mungkin. Ketika ketua guild
meminta untuk berkumpul untuk hunting bersama misalnya, menjadi
kewajiban anggota guild untuk menyempatkan waktu untuk ikut jika
dimungkinkan. Sebuah bentuk loyalitas mungkin terlihat absurd di mata
orang awam. Bagaimana caranya gamer dapat mengembangkan kepercayaan dan
tanggung jawab untuk orang yang bahkan belum mereka temui secara
langsung? Ini tentu akan menjadi misteri tersendiri bagi para gamer,
setidaknya hingga mereka menjajal, mengalami, dan menemukan jawabannya
secara langsung.
6. “Coba sekali-kali keluar rumah”
“Playing outside”
Ini sudah pasti menjadi nasihat yang seringkali Anda terima ketika
berperan sebagai seorang gamer. Dengan durasi gameplay minimal 8 jam
hingga ratusan jam permainan, apalagi ditambah dengan kemampuan untuk
menyuntikkan berbagai elemen yang adiktif, hidup gamer memang akan
dengan mudah terserap ke dalam layar monitor dan kontroler yang tengah
mereka genggam erat. Kesenangan, kepuasan, dan tantangan yang ia
lahirkan membuat sebagian besar gamer dianggap anti-sosial, terutama
dari mereka yang non-gamer. “Dipaksa” untuk lebih banyak menikmati dunia
luar, banyak orang awam yang seolah tidak memahami bahwa sumber
kesenangan gamer sangatlah sederhana. Tidak dengan bercerita banyak hal
dengan orang lain, tidak dengan berinteraksi dengan tetangga, tidak
dengan mendengar curahan hati teman, yang dibutuhkan oleh seorang gamer
adalah peran dan konklusi dari setiap game yang tengah mereka main.
“Coba sekali-kali keluar rumah” menjadi pilihan tidak rasional, seperti
merebut sumber kesenangan dari Anda secara instan.
Sumber :
No comments: