Header Ads

Breaking News
recent

10 Kebiasaan Gamer yang Dianggap Aneh oleh Orang Awam!



Sebuah media hiburan alternatif untuk menciptakan kesenangan dalam batas maksimal, itulah pandangan sebagian besar orang awam, terlepas dari dinamik dan perbedaan esensial yang dimengerti oleh para gamer yang sudah lama berkecimpung di dunia ini. Tak kenal maka tak sayang, ini mungkin menjadi ungkapan yang tepat untuk menggambarkan kondisi yang satu ini. Keterbatasan pengetahuan dan rasa tidak tertarik untuk menjajalnya secara langsung membuat banyak salah kaprah lahir oleh mereka yang non-gamer. Kita tidak hanya membicarakan isu-isu sensitif yang menyoroti efek negatif yang dianggap mampu dimunculkan oleh game, tetapi juga hal-hal sederhana yang mungkin mengitari sosok gamer itu sendiri. Kita seringkali dianggap aneh.
Game tidak hanya menjadi sumber energi positif, tetapi juga menjadi sebuah tantangan yang terus mendorong gamer untuk menundukkannya, apalagi jika ia berhasil menawarkan daya tarik unik yang cukup untuk memastikan perhatian Anda tidak teralihkan untuk waktu yang lama. Karena kecintaan dan dorongan inilah, perlahan namun pasti, gamer mengembangkan banyak tingkah laku dan kebiasaan yang mungkin terlihat aneh di mata orang awam. Kebiasaan yang hanya dapat dimengerti oleh mereka yang juga seorang gamer. Kesamaan yang tercipta satu sama lain juga mulai menjadikannya sebagai sebuah bentuk identitas yang seolah tidak dipisahkan dari jati diri kita sebagai seorang gamer.
Jadi, dari semua kebiasaan yang seringkali ditunjukkan oleh gamer, apa saja 10 tingkah laku yang mungkin dianggap aneh oleh mereka yang awam? Semua tingkah laku ini tentu saja ditulis berdasarkan kacamata dan pengalaman pribadi kami juga sebagai seorang gamer.

10. “Makan enggak makan, yang penting nge-game?”


Fakta bahwa gamer tidak segan untuk mengetatkan ikat pinggang untuk sekedar nge-game dianggap sebagai sesuatu yang absurd.
Seolah jatuh pada mode survival, banyak gamer yang tidak segan jatuh pada pola hidup pelit yang ekstrim ketika menyangkut kegiatan bermain game mereka. Ketika sulit untuk menyimpan uang untuk kebutuhan yang lain, gamer biasanya akan sangat mudah menyisihkan uang, bahkan rela untuk tidak jajan dan mengetatkan ikat pinggang hanya untuk memenuhi kebutuhan gaming mereka. Rela lapar untuk sekedar menghabiskan waktu 1-2 jam di game centre atau membeli bundle game ori yang sudah diidam-idamkan selama berbulan-bulan tentu saja menjadi sebuah tingkah laku yang terhitung tidak masuk akal di mata mereka yang non-gamer.  Namun bagi gamer, ini adalah salah satu pencapaian terbesar yang tidak bisa dirundingkan.

9. “Menyerang kok pakai giliran?”


Dengan dasar pengetahuan bahwa semua game adalah game action atau platformer, konsep turn-based ala JRPG terlihat bodoh.
Kalimat inilah yang sudah tentu sempat terlontar oleh orang awam yang sempat menyaksikan para gamer yang tengah asyik menyelesaikan game-game JRPG klasik mereka, seperti yang sempat dilontarkan oleh orang tua kami sendiri. Konsep JRPG klasik yang masih mengusung sistem dan turn-based battle dianggap sebagai konsep yang konyol. Dengan dasar pengetahuan bahwa semua game adalah game action yang meminta Anda untuk bereaksi dan bertukar serangan secara real time, banyak orang awam yang melihat mekanisme yang ditawarkan oleh JRPG sebagai konsep yang tolol. Jadi ketika pertanyaan meluncur, “Menyerang kok pakai giliran?”, Anda dibawa pada kewajiban untuk menjelaskan apa itu JRPG dan yang membedakannya dengan game bergenre lain.

8. “Hari gini masih main game yang gambarnya jelek begitu?”


Fakta bahwa gamer tidak segan untuk memainkan game-game dengan visualisasi yang tidak menarik menjadi hal yang aneh di mata orang awam.
Salah satu pandangan yang seringkali salah di mata orang awam adalah asosiasi antara kualitas visualisasi dan kualitas gameplay. Tidak sedikit non-gamer yang jatuh pada satu kesimpulan yang terhitung absurd di mata gamer – bahwa semakin bagus gambar sebuah game maka semakin menyenangkan dan keren jugalah gameplay sebuah game. Sebuah pandangan yang tentu saja salah kaprah. Oleh karena itu tidak mengherankan jika Anda akan seringkali dikomentari begitu menjajal game-game lawas dengan visualisasi jadul untuk sekedar nostalgia atau game-game terkini yang tidak lagi mementingkan kualitas grafis. Keinginan Anda untuk mencicipi game-game ini seperti dilihat sebagai sesuatu yang aneh. “Mengapa tidak memainkan game yang lebih modern?”, itu mungkin menjadi alur pikiran utama para non-gamer ini.

7. “Kenal juga enggak, kok loyal banget?”


Percaya, loyal, dan bertanggung jawab atas peran yang disandang di dalam guild menjadi sesuatu yang unik.
Pertemanan di dunia maya adalah hal yang tidak lagi asing dengan perkembangan teknologi yang satu ini. Namun mengembangkan loyalitas yang luar biasa untuk orang yang belum pernah Anda temui secara langsung di dunia maya tanpa keraguan? Hanya gamer yang mampu melakukan hal ini. Fenomean ini sendiri dapat terlihat dari sistem guild yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari dunai MMORPG. Masuk ke dalam guild berarti percaya dan mengikuti sebauh sistem unik dalam kelompok, serta berusaha bekerja sama dan berperan sebaik mungkin. Ketika ketua guild meminta untuk berkumpul untuk hunting bersama misalnya, menjadi kewajiban anggota guild untuk menyempatkan waktu untuk ikut jika dimungkinkan. Sebuah bentuk loyalitas mungkin terlihat absurd di mata orang awam. Bagaimana caranya gamer dapat mengembangkan kepercayaan dan tanggung jawab untuk orang yang bahkan belum mereka temui secara langsung? Ini tentu akan menjadi misteri tersendiri bagi para gamer, setidaknya hingga mereka menjajal, mengalami, dan menemukan jawabannya secara langsung.

6. “Coba sekali-kali keluar rumah”


“Playing outside”
Ini sudah pasti menjadi nasihat yang seringkali Anda terima ketika berperan sebagai seorang gamer. Dengan durasi gameplay minimal 8 jam hingga ratusan jam permainan, apalagi ditambah dengan kemampuan untuk menyuntikkan berbagai elemen yang adiktif, hidup gamer memang akan dengan mudah terserap ke dalam layar monitor dan kontroler yang tengah mereka genggam erat. Kesenangan, kepuasan, dan tantangan yang ia lahirkan membuat sebagian besar gamer dianggap anti-sosial, terutama dari mereka yang non-gamer. “Dipaksa” untuk lebih banyak menikmati dunia luar, banyak orang awam yang seolah tidak memahami bahwa sumber kesenangan gamer sangatlah sederhana. Tidak dengan bercerita banyak hal dengan orang lain, tidak dengan berinteraksi dengan tetangga, tidak dengan mendengar curahan hati teman, yang dibutuhkan oleh seorang gamer adalah peran dan konklusi dari setiap game yang tengah mereka main. “Coba sekali-kali keluar rumah” menjadi pilihan tidak rasional, seperti merebut sumber kesenangan dari Anda secara instan.

Sumber :

No comments:

Powered by Blogger.